Jumat, 28 Agustus 2015

Krisis Air dan Tips Menghadapinya


Musim kemarau ternyata berpengaruh pada produksi air dari mesin pompa sumur di rumah kami. Hiks, airnya irit banget ngalirnya. Dari banyak keran yang ada di rumah, hanya keran di garasi rumah kami yang mengalir. Karena nggak punya selang, kami tampung dulu di ember, begitu penuh, airnya kami tuang ke bak kamar mandi. Masya Alloh, penuhin bak sampe kapan kalau begini terus? Dan tentu saja CAPEK!

Selama beberapa minggu kami bisa bertahan dengan kondisi seperti ini, sampai akhirnya air benar-benar nggak bisa keluar lagi dari keran. Kami pun kekurangan stok air dan hasilnya ngungsi ke rumah mertua untuk cuci baju dan mandi. Rumah saya dan mertua hanya berbeda 1 RT. 

 
Lalu bagaimana jika untuk kondisi darurat seperti buang air dan cuci piring? Masa iya ngungsi juga? Lah kalau pengin buang airnya siang-siang sih nggak masalah, tapi kalau tengah malam gimana? Masa iya harus ngetok rumah mertua dulu?

Beruntung rumah kami berdekatan dengan rumah kakak ipar. Saya pun minta izin untuk minta air dari keran rumahnya karena di rumah kakak ipar ini air masih mengalir lumayan, meski memang berkurang dibandingkan sebelum kemarau ini. Saya pun akhirnya beli selang air sepanjang 28 meter seharga Rp 320.000 untuk menjangkau keran terdekat dari rumah kakak ipar ke bak kamar mandi di rumah saya. 

Hanya butuh 45 menit untuk mengisi penuh bak kamar mandi di rumah saya. Membandingkannya dengan mesin pompa di rumah saya yang butuh waktu berjam-jam hanya untuk mengisi satu keramik bak kamar mandi, rasanya ngenes banget. Tagihan listrik jelas membengkak hampir 80 persen. Deuh.

Nah, ada yang punya kasus yang sama? Sumber air di rumah kering? Berikut sedikit tips dari saya agar bisa menghadapi krisis air dengan baik (naon sih?).

Ngungsi ke Mertua
Seperti cara yang saya sebutkan di atas, bagi yang tinggal dekat dengan mertua atau orangtua sendiri, bisa jadi ini merupakan pilihan utama. Kalau buat saya sih, saya nggak perlu ngerasa "ga enak" untuk ngungsi ke rumah mertua buat cuci baju atau mandi. Wong ibu sendiri yang nyuruh ngungsi ke rumah, hehehehe...     

Ke Masjid Dekat Rumah
Bagi yang jauh dari mertua dan orangtua, bisa saja ngungsi mandi ke masjid di kompleks rumah. Masjid biasanya punya banyak stok air karena sudah biasa digunakan untuk beribadah yang membutuhkan air untuk wudlu, mencuci kaki untuk menyucikan sebelum masuk masjid, dan lain-lain. Kalau sudah menggunakan fasilitas masjid untuk mandi atau minta air, jangan lupa untuk sodaqoh ke masjidnya ya.

Minta Air sama Tetangga
Inilah hikmahnya jika kita hidup bertetangga dengan rukun. Saat membutuhkan bantuan, kita bisa meminta bantuan kepada tetangga terdekat. Untuk masalah air, kita bisa minta air kepada tetangga yang tidak merasakan dampak kekeringan. Sebagai ucapan terima kasih, kita bisa mengganti biaya listrik atas pemakaian mesin pompa air yang digunakan menyedot air atau bisa juga dengan cara lain. Misalnya mengirimi makanan? Terserah. Yang penting jangan sampai kita tidak menunjukkan rasa terima kasih kita kepada tetangga yang sudah bersedia membagi airnya untuk kita.

Berhemat Air
Air yang sudah kita peroleh dari meminta ini harus digunakan sebaik-baiknya dan sehemat mungkin. Hindari menggunakannya untuk mencuci pakaian seluruh anggota rumah yang jumlahnya seabrek. Namanya juga minta, sudah dikasih, ya harus bijak menggunakan air. Untuk saya sendiri, meski minta air ke kakak ipar dan sudah diizinkan berarti ya harus menghargai air itu. Untuk mencuci baju, saya masih mengandalkan ngungsi ke rumah mertua karena air di rumah mertua cukup melimpah, seperti tidak terpengaruh dengan musim kemarau ini.

Bikin Sumur Baru
Ini nih yang bikin fiuh. Kenapa fiuh, karena pasti butuh biaya tinggi. Dapat kabar dari yang bikin sumur baru butuh biaya sekitar Rp 8,5 juta. Fiuh. Hasilnya memuaskan sih, air banyak dan jernih. Kalau yang punya dana cukup, silakan pilihan ini digunakan karena akan memudahkan kita ke depannya. Buat saya saat ini belum perlu dulu deh karena kebutuhan yang lain juga butuh perhatian, hehehe...Semoga saat musim hujan lagi, sumur di rumah bisa memproduksi air lagi. Amin.

Beli Air
Ini dilakukan salah satu tetangga saya. Membeli air dengan harga Rp 2.000 per galon. Lumayan mahal karena jika dikalikan sejumlah galon yang dibeli pasti besar juga dana yang harus disiapkan. Tapi menurut tetangga saya itu, bukan masalah harganya saja tetapi apakah orang yang menjual itu mengantarkan airnya untuk kita atau tidak, mengingat si penjual juga sudah punya pelanggan lain. Kalau tidak diantar atau stoknya habis, ya berarti mereka harus menghabiskan satu hari itu tanpa air. Masya Alloh! Tidak terbayang oleh saya!

Krisis air ini merupakan kali pertama saya merasakan sulitnya hidup tanpa air. Selama ini saya tidak pernah mengalaminya dan tidak pernah berpikir suatu saat nanti akan kesulitan seperti ini. Kini saya semakin peduli terhadap air dan berhemat sehemat mungkin menggunakan air. Jika sebelumnya untuk buang air kecil saya membutuhan bergayung-gayung air, kini sebisa mungkin mengurangi jumlah penggunaan air yang bergayung-gayung itu. 

Apalagi saya punya dua balita yang butuh air lebih banyak karena lebih sering kotor (dari aktivitas bermain) dan buang air. Prioritas air tentu ada pada mereka dibanding kami orang dewasa.

Jadi, yuk kita mulai berhemat air dari sekarang meski tidak merasakan dampak dari krisis air seperti saya. Berhemat air juga berarti mengurangi konsumsi penggunaan air tanah yang berpotensi mengakibatkan penurunan permukaan tanah. 

11 komentar:

  1. aku pernah sekali gini.. pdam mati krena banjir.. akhirnya minta air ke tetangga.. yg pke mesin air sendiri d rumah.. sampe mesin cuci sy pk buat simpen air wktu itu.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. sedih ya kalo nggak ada air. alhamdulillah masih bisa minta air ke tetangga.
      duh, mesin cuci dibuat nyimpen air? qiqiqiqi...

      Hapus
  2. Pernaaaah. Hikz. Pas pengantin baru lagi. Kisahnya tak kirim ke media tapi masih sepi. Kalau gak nongol-nongol, saya pasang di blog.

    Tapi seru, ya, Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Alloh, pas pengantin baru, duh pasti repot tuh, hehehe...
      Wah, hebatnya bs menulis kisah itu dan kirim ke media.

      Iya, seru! Buat saya seru ngungsinya, qiqiqi...

      Hapus
  3. kemarau...saatnya krisis air. alhamdulillah sejak pakai pam, ga kena krisis air lagi. pengalaman dulu cukup 'menderita' tiap malam nampung air pakai pompa. kalah sama tetangga yg pakai jetpam

    BalasHapus
  4. pengin juga pake pam, tapi rumahku itu ada di belakang kompleks, jadi nggak nyampe pamnya sampe ke kompleks paling belakang. huhuhuhu..
    kayaknya ini jadinya mo ngebor sumur baru deh, soalnya punya kakak ipar juga sudah mulai kecil ngalir airnya. duh...

    BalasHapus
  5. Di kosan saya yang dulu merasakan krisis air pdam...akhirnya minta ke tetangga yang pakek air sumur...bener, Mbak..harus mulai biasakan berhemat air

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mulai sekarang saya sudah bisa membiasakan diri berhemat air. semoga tetap istiqomah setelah air kembali melimpah. amin. terima kasih sudah mampir ^^

      Hapus
  6. Rumah dibelakang rumah saya sumurnya uda mulai kering mba...Belum juga turun hujan nih, sampe kalau mandi nebeng ma tetangganya huhuhu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. duh, krisis air berkepanjangan. musim kemarau memang panjang banget tahun ini. berita-berita di tv juga tentang krisis air di mana-mana. bahkan ada yang sampai solat minta hujan. akhirnya saya juga menyerah, mbak. ga tahan ga punya air dan minta terus, akhirnya saya ngebor sumur baru juga. untuk nggak perlu dalem2, jadi masih terjangkau biayanya.

      Hapus